Dekonstruksi Geohistori Desa Mangliawan Masa Klasik: Tinjauan Prasasti dan Susastra
DOI:
https://doi.org/10.63421/sambhasana.v1i1.2025.3Keywords:
deconstruction, dekonstruksi, geohistori, geohistory, inscription, prasastiAbstract
This research explores the geographical location of Mangliawan Village in relation to the distribution of cultural heritage in it in the IX century. The geographical location is deconstructed using written data in the form of inscriptions and literature. Then examine the toponymy of the region, the location of the region, the correlation between regions, and important events in the region. The inscriptions that are the object of study in this research are the Gulung-gulung, Linggasuntan, Wurandungan, and Balingawan I, II inscriptions. This research uses qualitative descriptive method and archaeological-historical study with archaeological research review: (1) data collection, (2) data description, (3) data analysis, and (4) data interpretation. The results revealed that there are two patirtan sites that are closely related to the worship and daily life of the Mangliawan community. This is also supported by the findings of cultural heritage objects in the form of several statues that are still identified in the Mangliawan area. Furthermore, the supporting data is corroborated by the literary news of Negarakrtagama and Tantu Panggelaran. With this, this research succeeded in deconstructing previous research regarding the analysis of the function of the site and the geohistory of the patirtan site in Mangliawan Village, Pakis District, Malang Regency.
----
Penelitian ini mengupas tentang letak geografi Desa Mangliawan yang berhubungan dengan persebaran cagar budaya di dalamnya pada abad IX. Letak geografi yang didekonstruksi menggunakan data tertulis berupa prasasti dan susastra. Kemudian mengkaji toponimi wilayah, letak wilayah, korelasi antar wilayah, serta peristiwa penting pada wilayah tersebut. Prasasti yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini adalah Prasasti Gulung-gulung, Linggasuntan, Wurandungan, dan Balingawan I, II. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif serta studi arkeologi-sejarah dengan telaah penelitian arkeologi: (1) pengumpulan data, (2) deskripsi data, (3) analisis data, dan (4) interpretasi data. Hasil penelitian mengungkapkan terdapat dua situs patirtan yang berkaitan erat dengan pemujaan serta kehidupan sehari hari masyarakat Mangliawan. Hal tersebut didukung pula dengan adaya temuan benda cagar budaya berupa beberapa arca yang masih teridentifikasi di wilayah Mangliawan. Selanjutnya data dukung dikuatkan dari berita susastra Negarakrtagama dan Tantu Panggelaran. Dengan adanya hal tersebut penelitian ini berhasil mendekosntruksi penelitian terdahulu mengenai analisis terhadap fungsi situs dan geohistori situs patirtan yang terdapat di Desa Mangliawan, Kecamaan Pakis, Kabupaten Malang.